Kamis, 28 Juli 2011

BERAKHIR PEKAN KE TUGU MARKET SLG YUUUUUUK...!!!


Kalau di UGM  Jogja punya Pasar Sunday Morning (Sunmor) tiap minggu pagi. Di Kediri juga ada, tepatnya di Simpang Lima Gumul punya Pasar Sabtu Minggu atau Pasar Tugu. Tapi jangan bandingkan isinya masih rame sunday morning.  Pasar tugu ini relatif masih baru. Pasar ini adalah proyek dari Pemda Kabupaten Kediri guna meningkatkan kunjungan ke SLG. Oleh karenanya stand disana adalah grati, hanya bayar kebersihan.
OK jalan-jalan yuuuuuk..
Pasar ini terletak di timur Kediri Waterpark atau Gumul Paradise Island. Letaknya dari arah Katang nanti ada jalan kekiri sebelum muteri Monumen. Disana ada beberapa produk -produk kerajinan dari kayu, tempurung kelapa yang biasa kita temui di daerah wisata seperti Jogja dan Bali. Ternyata Di Kediri ada Produsennya Kerajinan Mug, sendok, sutil, alat pijat dari kayu dan tempurung kelapa dibuat di Grogol, ketipung ethnik ala Papua juga ada . Aksesoris dari manik-manik seperti gelang, konde, bros dibuat di Sukorejo Tepus. Sepatu batik dan aneka rajutan dari Kecamatan Pagu. Takjub saya.. tak kira impor dari jogja.




Selain itu ada berbagai jenis makanan, pakaian anak-anak sampai orang dewasa, mainan anak-anak, makanan khas kediri seperti tahu, keripik dari berbagai buah dan tak ketinggalan cilok/pentol bakso kecil2 yang penjadi salah satu kegemaran anak-anak sampai orang dewasa karena harganya yang relatif murah dan rasanya yang nikmat.
Pasar Tugu ini ramai dikunjungi pengunjung hanya pada hari sabtu dan minggu. Selain hari itu, pedagang-pedagang yang berjualan tidak sekomplit hari sabtu dan minggu. Banyak keuntungan yang didapatkan oleh pedagang yang berjualan di sana setiap hari Sabtu dan Minggu. Menurut parnyataan dari salah satu pedagang di Pasar Tugu ini, yaitu pedagang yang berjualan jagung bakar, bahwa penjualannya sangat laku keras ketika berjualan di Pasar Tugu, dibandingkan hari-hari biasa. Keuntungan yang biasa Ia peroleh perhari Rp. 5.000,- per 1kg jagung, di Pasar Tugu Ia bisa mendapat keuntungan hampir dua kali lipat dari perkilonya. Karena Ia menjual harga 1 jagung bakar Rp. 2000,- pada hari Sabtu dan Minggu di Pasar Tugu, selain hari itu Ia berjualan di sekitar rumahnya dengan memberikan harga 1 jagung bakar seharga Rp. 1500,- .

Letak Pasar Tugu di sebelah timur monumen SLG ( Simpang Lima Gumul). Jadi selain pengunjung datang ke Pasar Tugu, pengunjung juga datang untuk menikmati indahnya monumen Simpang Lima Gumul. Karena itu yang menjadi pusat perhatian dari Simpang Lima Gumul itu sendiri.
Tujuan awal dibangun Simpang Lima Gumul (SLG) adalah sebagai sentra ekonomi baru di Kabupaten Kediri. Sehingga diharapkan roda perekonomian Kediri makin maju.Sebagai ikon di bangun monumen mirip L’Arch de Triomphe Paris.


Orang kediri menyebutnya Kakbah Kediri
Karena kalau lewat simpang lima gumul harus muteri monumen tersebut dan berbentuk kotak mirip kakbah. Sangat sering orang yang lewat muter terus karena kebablasan jalur belokannya.
Pembangunan monumen ini diawali sejak tahun 2003. Penggagasnya adalah Bupati Kediri periode lalu yaitu Sutrisno. Monumen ini tepatnya berada di Desa Tugu Rejo, Kecamatan Ngasem. Ada yang bilang monumen ini terinspirasi dari “Jongko Jojoboyo” Raja Kediri abad XII yang ingin menyatukan lima wilayah di Kediri.
Fasilitas umum lain yang disediakan di Simpang Lima Gumul ini yaitu toilet umum yang letaknya tidakl jauh dari Pasar Tugu. Tempat parkir yang aman untuk pengunjung Pasar Tugu dengan tarif parkir mobil Rp. 2000,- sepeda motor Rp. 1000,-. (Fufa Nur. W, 07101070025)

TOILET RAFLESIA








Toilet, merupakan tempat / sarana untuk buang air kecil maupun buang air besar, meski-pun hal ini kelihatan se-derhana, akan tetapi mempunyai manfaat yang luar biasa, di ling-kungan sekolah maupun umum dan perguruan tinggi. Masih banyak kita mengenal istilah “Toilet Raflesia” yaitu toilet yang mempunyai bau khas yang sangat luar biasa yaitu bau kurang sedap.

S
idomulyo, 15 Mei 2011, SMP Kali-jogo yang terletak 15 km dari Kediri di ja-lan Desa Sidomulyo, Kecamatan Wates, meru-pakan salah satu contoh instansi Pendidikan/ Se-kolah yang toiletnya ma-sih berjuluk “Toilet Ra-flesia”. Dimana seharus-nya sekolah harus menja-ga yang namanya “UKS” (Usaha Kesehatan Seko-lah) dan merupakan tem-pat untuk belajar yang nyaman, akan tetapi fasi-litasnya masih seperti itu.

Toilet Raflesia yang hanya berukuran 2 x 15 meter ini terdiri dari 1 ruangan untuk WC. Dari keadaan tersebut kurang begitu sehat. Padahal kita sering mendengar bahwa “ Bersih Pang-kal Sehat” dan juga “Bersih Merupakan Sebagian dari Iman”, akan tetapi hal terse-but merupakan slogan dan perkataan saja. Oleh karena itu harus benar-benar diperhati-kan keadaan ini.

Susanti (13) meru-pakan salah satu sis-wanya yang mengung-kapkan bahwa kondisi Toilet yang seperti ini, adalah kurang sehat sehingga hal tersebut dibutuhkan kesadaran penuh untuk menjaga kebersihan dan kese-hatan di lingkungan sekolah, baik dari pihak sekolah maupun siswa sehingga di dalam sua-sana belajar baik di ling-kungannya dan fasilitas-nya dapat digunakan se-cara nyaman, sehingga dapat terwujud UKS (Usaha Kesehatan Seko-lah).
Keadaan ini sangat terbalik dengan kondisi masyarakat kita sehari-hari, yang dimana- mana mereka di tuntut untuk hidup sehat dan sejahtera akan tetapi masih jauh dari harapan. Melihat hal tersebut pemerintah dan pihak yang terkait harus lebih memperhatikan hal tersebut karena dengan demikian dapat memacu
Prestasi Anak Bangsa ini yang pada dasarnya seba-gai Generasi Penerus ba-gi Bangsa ini ke depan-nya, sehingga ke depan-nya dapat tercipta ling-kungan  dan budaya hi-dup yang sehat dan disi-plin. (Devi Fitriawati, 07101070010)

JEMBATAN JOMPO KINI KAU HANYABISA JADI KENANGAN




J
embatan lama Mrican adalah peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda.  Jembatai ini merupakan salah satu asset yang mempunyai nilai sejarah tinggi. Tetapi sayang kini mengalami kerusakan berat sehingga tidak bias berfungsi sebagai mana mestinya. Pada kaki jembatan besi yang dibangun sejak zaman penjajahan Belanda ini, rangka pondasi terlihat jelas. “telapak” pada kaki penyangga jembatan legendaris ini kadang-kala bahkan tampak menggantung saat debit air menurun.
Jembatan peninggalan jaman Belanda itu sudah terbilang sangat tua. Jembatan sepanjang 10 meter yang menghubungkan wilayah Kabupaten dan Kota Kediri itu kini beberapa pondainya amblas hingga tidak lagi bisa dilalui oleh kendaraan bermotor.
“ Wesi seng nyonggo jembatan keli, mangkane saiki gak kenek diliwati” (besi yang menjadi penyangga jembatan hanyut, sehingga jembata tidak bias dilewati), kata seorang pemilik warung di dekat Jembatan lama.
Biang kerok kerusakan jembatan ini kemudian “diarahkan” ke para penambang pasir liar yang ada di sepanjang Sungai Brantas. “ ki goro-goro wong golek wedi neng Brantas kuwi lo Mbak” (ini gara-gara orang yang mencari pasir di Brantas itu  Mbak), terangnya panjang lebar.
Penambang pasir ilegal di sepanjang sungai Brantas sangat banyak. Alat atau sarana penambangan yang mereka gunakan juga mengalami modernisasi sejak munculnya beberapa penambang besar yang mengadopsi mesin penyedot pasir bertenaga diesel. Tren modernisasi ini menular secara cepat dan masif ke kalangan penambang lain yang ada di sepanjang aliran sungai terbesar dan terpanjang di Provinsi Jawa Timur ini.


Arus sungai yang deras menyebabkan proses penggerusan cenderung merata. Tidak hanya di wilayah yang menjadi titik kosentrasi penam-bangan tetapi menyeluruh Akibatnya sungguh mengerikan. Eksploitasi besar-besaran material pasir ini menyebabkan keseimbangan lingkungan di sepanjang aliran sungai terganggu.
Dampak penu-runan dasar sungai kemudian menyeba-bkan puluhan atau bahkan ratusan konstruksi jembatan, plengseng, dan tanggul dalam bahaya karena erosi pada dasar sungai.
Semoga pemerintah setempat segera tergerak hatinya untuk menyelamatkan asset sejarah bernilai tinggi ini, sebelum Jembatan lama Mrican akan benar-benar hanya menjadi kenangan. (Kusnul, 07101070033)